Peran Vaksin Tifus: Seberapa Efektifkah dalam Membangun Imunitas Jangka Panjang?

Demam Tifoid, atau yang lebih dikenal sebagai Tifus, merupakan masalah kesehatan endemik di Indonesia yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan penularannya sangat terkait dengan sanitasi lingkungan. Di tengah tingginya risiko paparan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, langkah pencegahan spesifik seperti vaksinasi menjadi sorotan utama. Memahami secara mendalam mengenai Peran Vaksin Tifus sangat krusial, bukan hanya sebagai upaya perlindungan jangka pendek, tetapi juga dalam konteks pembangunan imunitas kolektif yang berkelanjutan. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tifus masih menjadi salah satu penyebab utama rawat inap pada anak, sehingga vaksinasi menjadi intervensi kesehatan yang sangat direkomendasikan.

Saat ini, terdapat dua jenis utama vaksin Tifoid yang umum digunakan: Vaksin Polisakrida Vi (ViPS) yang diberikan melalui suntikan, dan Vaksin Oral Ty21a yang berbentuk kapsul. Jenis ViPS, yang disarankan untuk anak berusia di atas 2 tahun dan orang dewasa, telah menunjukkan efektivitas perlindungan sekitar 50% hingga 80% dalam uji klinis. Namun, perlindungan yang diberikan oleh ViPS tidak bersifat permanen. Sesuai rekomendasi dari Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pada tahun 2021, ViPS memerlukan dosis penguat (booster) setiap tiga tahun sekali untuk mempertahankan tingkat antibodi yang optimal dalam darah. Hal ini penting untuk diingat guna memastikan keberlanjutan Peran Vaksin Tifus bagi keluarga yang tinggal di daerah berisiko tinggi.

Meskipun demikian, hadirnya Vaksin Konjugat Tifoid (TCV) menawarkan harapan untuk imunitas yang lebih panjang. TCV, yang dapat diberikan mulai usia 6 bulan, diuji klinis di beberapa negara endemik dan menunjukkan efektivitas yang tinggi, bahkan mampu memberikan perlindungan yang diperkirakan bertahan lebih dari lima tahun dengan satu dosis saja. Keunggulan ini menjadikan TCV pilihan yang ideal untuk program imunisasi rutin, terutama karena dapat diberikan kepada kelompok usia yang lebih muda dan lebih rentan. Efektivitas ini sangat terbantu mengingat Tifus sering menyerang anak usia sekolah dasar. Pada hari Kamis, 28 Juli 2026, Dinas Kesehatan setempat di Kota Bandung mencatat bahwa 65% kasus Tifus yang dilaporkan pada kuartal II didominasi oleh anak usia 5-12 tahun.

Secara fundamental, Peran Vaksin Tifus adalah untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar membentuk memori terhadap bakteri Salmonella typhi. Dengan adanya antibodi spesifik ini, tubuh mampu memberikan respons cepat ketika bakteri yang sebenarnya masuk, sehingga infeksi dapat dicegah atau tingkat keparahannya dapat sangat dikurangi. Penting untuk digarisbawahi bahwa vaksinasi bukanlah satu-satunya benteng pertahanan. Kombinasi antara vaksinasi dan praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan yang benar dan memastikan makanan serta air minum terjamin kebersihannya, adalah strategi terlengkap. Vaksinasi Tifoid harus dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya pencegahan komprehensif, khususnya di wilayah dengan sanitasi yang masih menjadi tantangan.