Patah tulang kompleks akibat kecelakaan merupakan insiden medis yang menantang dan sering kali mengancam nyawa. Di balik setiap kejadian tragis, selalu ada kisah penyelamatan yang melibatkan kecepatan, ketepatan, dan keahlian tim medis. Kisah penyelamatan ini bukan hanya tentang menyatukan kembali tulang yang patah, tetapi juga tentang mengembalikan harapan pasien untuk pulih dan kembali menjalani kehidupan normal. Oleh karena itu, setiap kisah penyelamatan menjadi bukti nyata betapa krusialnya penanganan medis darurat dan bedah ortopedi dalam menghadapi trauma berat.

Pada tanggal 15 Agustus 2025, pukul 14.30 WIB, terjadi sebuah kecelakaan tunggal di Jalan Raya Utama Kilometer 12. Sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh seorang pemuda berusia 23 tahun, bernama Adit, tergelincir dan menabrak pohon. Tim Resque Unit Batalyon 22 segera tiba di lokasi dan menemukan Adit dalam kondisi tak sadarkan diri dengan luka parah. Patah tulang paha (femur) yang dialaminya tergolong kompleks, disertai pendarahan hebat. Tim medis darurat dengan sigap memberikan pertolongan pertama, memasang alat penstabil dan membawa Adit ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Setia Budi. Kepala Tim Medis, dr. Arifin, Sp.OT, menyatakan bahwa kondisi Adit sangat kritis saat tiba di UGD, dengan kehilangan banyak darah dan risiko syok.

Di ruang operasi, tim dokter ortopedi segera mengambil tindakan. Operasi berlangsung selama enam jam, di mana tim medis melakukan prosedur reduksi terbuka dan fiksasi internal (ORIF). Dalam prosedur ini, tulang yang patah diperbaiki secara manual dan disatukan dengan menggunakan plat dan sekrup khusus. Tantangannya bukan hanya menyatukan tulang, tetapi juga meminimalisir kerusakan jaringan lunak di sekitarnya dan menghentikan pendarahan. Berkat koordinasi yang solid dan teknologi bedah yang canggih, operasi berhasil dengan sukses. Setelah operasi, Adit dirawat intensif di Ruang ICU selama tiga hari sebelum dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Dokter Arifin menekankan bahwa keberhasilan operasi sangat ditentukan oleh respons cepat tim darurat di lapangan dan kesiapan tim bedah di rumah sakit.

Masa pemulihan pasca-operasi juga menjadi bagian penting dari kisah penyelamatan Adit. Selama tiga bulan, ia menjalani fisioterapi intensif untuk mengembalikan kekuatan otot dan rentang gerak sendi. Proses ini tidak mudah, penuh tantangan fisik dan mental, namun dukungan dari keluarga dan semangatnya untuk sembuh membuatnya terus berjuang. Pada hari ke-90 pasca-operasi, Adit akhirnya bisa kembali berjalan, meskipun masih dengan bantuan tongkat. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak pasien lain yang sedang berjuang dengan cedera serupa. Ia membuktikan bahwa dengan penanganan medis yang tepat, tekad kuat, dan dukungan dari lingkungan sekitar, luka terberat sekalipun dapat disembuhkan, dan harapan untuk hidup normal kembali dapat terwujud.