Penyakit Jantung Koroner (PJK) tetap menjadi masalah kesehatan global yang serius, menuntut adanya inovasi berkelanjutan dalam metode pengobatan non-bedah. Salah satu kemajuan paling signifikan dalam intervensi koroner perkutan (PCI) adalah evolusi dari pemasangan stent. Kini, muncul Teknologi Stent Terbaru yang memberikan harapan besar bagi pasien, terutama dalam mengurangi risiko restenosis (penyempitan kembali pembuluh darah) yang menjadi momok utama di masa lalu. Evolusi dari Bare Metal Stent (BMS) ke Drug-Eluting Stent (DES), dan kini munculnya Teknologi Stent Terbaru seperti Bioabsorbable Vascular Scaffold (BVS), menandai babak baru dalam upaya restorasi fungsi pembuluh darah koroner. Penerapan inovasi ini telah meningkatkan angka keberhasilan intervensi dan kualitas hidup pasien PJK secara drastis di seluruh dunia.
Generasi awal stent adalah BMS, yang meskipun efektif membuka sumbatan, sering menyebabkan respons inflamasi yang memicu pertumbuhan jaringan parut di sekitarnya, yang disebut restenosis. Hal ini memicu pengembangan DES, yang merupakan stent dilapisi obat (umumnya sirolimus atau paclitaxel) yang dilepaskan secara perlahan untuk menghambat pertumbuhan jaringan parut tersebut. DES telah menjadi standar emas selama bertahun-tahun. Namun, tantangan terbaru adalah Teknologi Stent Terbaru BVS, atau stent yang dapat diserap tubuh. BVS terbuat dari material seperti polylactic acid yang akan larut sepenuhnya ke dalam dinding pembuluh darah setelah jangka waktu tertentu—rata-rata antara 2 hingga 3 tahun.
Keuntungan utama BVS adalah restorasi fungsi pembuluh darah alami. Setelah diserap, pembuluh darah menjadi bebas dari material asing, memungkinkan pembuluh darah koroner untuk kembali bergerak dan berfungsi normal (vasomotion). Hal ini dapat mengurangi risiko komplikasi jangka panjang yang terkait dengan stent logam permanen. Sebagai contoh spesifik, di Pusat Jantung Terpadu RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, penggunaan BVS telah diujicobakan pada pasien PJK non-kompleks sejak pertengahan tahun 2023. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Prof. Dr. Budi Santoso, Sp.JP(K), menyatakan dalam laporan medisnya pada Januari 2025 bahwa BVS menunjukkan hasil klinis yang menjanjikan, dengan risiko trombosis (blood clot) yang minimal setelah 12 bulan pemasangan, dibandingkan dengan data historis dari BMS.
Meskipun Teknologi Stent Terbaru ini menjanjikan, pasien tetap diwajibkan untuk mematuhi pengobatan anti-pembekuan darah ganda (Dual Antiplatelet Therapy/DAPT) secara ketat sesuai resep dokter, yang durasinya dapat bervariasi antara 6 bulan hingga 1 tahun. Kepatuhan ini vital untuk mencegah komplikasi serius. Pasien juga harus menjalani kontrol rutin, termasuk pemeriksaan Echocardiogram dan stress test, yang dijadwalkan oleh perawat klinis PJK setiap tiga bulan pasca-tindakan. Dengan kombinasi teknologi intervensi yang canggih dan perubahan gaya hidup sehat, pasien PJK kini memiliki peluang yang lebih baik untuk hidup bebas dari kekambuhan dan menikmati kualitas hidup yang lebih baik.